![]() |
Agus Tan: Mualaf Yang Menodai Islam |
“Sebagian mualaf seperti Agus Tan menjadikan hinaan pada agama yang mereka anut sebelumnya sebagai sebuah alasan untuk membenarkan alasan mereka menjadi seorang mualaf. Sudah menemukan agama yang benar. Dan sebagian pengikut mereka yang nota bene adalah Islam sangat senang dengan cara sebagian mualaf salah satunya adalah Agus Tan yang meletakan Alkitab di bokongnya. Mereka membanggakan hinaan dan memuji cara Agus Tan yang menghina agama Agus Tan sebelumnya.” (Lih. Eko Kuntadhi: Agus Tan Mualafa Penghina Alkitab, Seret Aja ke Penjara, Cokro tv, Channel Eko Kuntadhi, Jan 23, 2023)
Tanpa sadar dan dengan terang benderang sejatinya mereka baik Agus Tan dan pengikutnya sedang menghina dan menista agama Islam yang menurut keyakinan umat Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil’Alamin, agama yang menerbarkan kedamaian.
Menyimak perlakuan Agus Tan terhadap Alkitab saya sih tidak marah dan justru bersyukur Agus Tan mualaf. Ada dua alasan mengapa saya tidan marah dan justru bersyukur.
Pertama; saya justru kasihan dan sedih dengan agama Islam yang adalah agama pembawa perdamaian dan Rahmatan Lil’Alamin justru dinodai oleh sebagian oknum mualaf seperti Agus Tan dengan menebarkan kebencian dan penistaan terhadap agama yang mereka anut sebelumnya. Sikap Agus Tan yang secera terang benderang tidak hanya menista umat Kristen (Katolik) namun juga menista agama Islam yang tidak mengajarkan siapapun untuk menghina dan menista agama lain. Lebih sedihnya lagi, sebagian umat Islam yang sejak lahir sudah menjadi seorang penganut agama Islam justru bangga memiliki seorang mualaf seperti Agus Tan yang gemar dan hobi melakukan penistaan pada agama yang dianut sebelumnya.
Kedua; saya bersyukur seorang Agus Tan mualaf. Karena daripada menodai penganut Kristen yaitu menodai ajaran-ajaran Kristus dengan menghina agama lain. Mualafnya Agus Tan justru menjadi sebuah ungkapan syukur atas proses atau tahapan panjang yang dilakukan oleh Gereja Katolik bagi seorang yang hendak menjadi penganut agama Katolik (Masa pra Katekumen, Masa Katekumen menjadi calon baptis, masa calon baptis menjadi baptisan baru).
Paling tidak perilaku buruk oknum mualaf seperti Agus Tan menjadi sebuah peringatan bagi agama Islam bahwa menjadi seorang mualaf membutuhkan sebuah proses pendampingan dan pembinaan sehingga menjadi seorang mualaf yang baik, yang menjaga dan menghidupi ajaran-ajaran Islam yang diyakini baik dan benar tanpa menghina dan menista agama yang dianut sebelumnya.
Dari pengalaman Agus Tan ini, saya akhirnya menemukan bahwa oknum mualaf lainnya yang gemar menghina dan menista agama yang dianut sebelumnya bukan penganut agama sejati, tapi sejatinya memang mereka adalah pembenci dan penista dan menjadikan agama sebagai tempat untuk meluapkan kebencian dan penistaan mereka.
Karena mereka tidak menemukan alasan dan cara untuk menghina agama lain sewaktu mereka belum mualaf maka dengan alasan kebenaran yang katanya mereka jumpai di agama Islam mereka menjadi seorang mualaf dan ketika sudah mualaf mereka lagi-lagi mengatasnamakan kebenaran untuk menghina agama lain secara khusu yang dianut sebelumnya. Agama Islam hanya dijadikan tempat bagi Agus Tan untuk menghina dan menista agama lain yang juga menodai agama Islam sendiri.
Kalau memang menemukan kebenaran maka yang diwartakan oleh oknum mualaf seperti Agus Tan adalah kebenaran itu sendiri tanpa harus menghina dan menista agama yang dianut sebelumnya. Karena kebenaran sejati adalah yang dihidupi dalam perkataan dan tindakan yang baik, yang mendamaikan dan mempersatukan. Tidak ada kebenaran yang membuahkan kebencian dan penistaan.
Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan saya kepada teman-teman dan saudara-saudariku umat Islam, jaga dan rawatlah ajaran-ajaran agama Islam yang Rahmatan Lil’Alamin, yang membawa perdamaian dan kesejukan dari oknum-oknum mualaf seperti Agus Tan yang justru menodai ajaran agama Islam dengan menghina dan menista agama yang dianut sebelumnya.
Salam damai, mari kita rawat kebhinekaan dari kebenaran dan kebaikan ajaran agama kita masing-masing tanpa perlu menghina dan menista agama lain. Ketika anda menghina agama lain, agama yang dianut sebelumnya itu artinya anda sedang menghina dan menginjak-injak kebenaran agama anda sendiri atau agama yang anda anut sekarang!”
Manila: 14-Januari, 2023
Tuan Kopong msf
0 Komentar