News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

"Saat Kata-kata Gagal, Musik Berbicara"

"Saat Kata-kata Gagal, Musik Berbicara"
 "Saat Kata-kata Gagal, Musik Berbicara"


Oleh: Sil Joni*


Menurut filsuf Platon, musik adalah 'seni surgawi' yang mampu menyentuh dan menggugah rasa. Itulah sebabnya, sang filsuf sangat menganjurkan agar pendidikan musik diajarkan kepada anak-anak. Musik merupakan 'asupan rohani' yang bisa menyehatkan jiwa anak.

Baca: Terpanggil untuk Menulis 'Kisah Kecil'

Karena mengendap dalam jiwa, maka musik tidak bisa dimanipulasi. Musik merupakan bahasa jiwa yang bersifat universal dan tembus pandang. Bahkan, kalau mau jujur, satu-satunya kebenaran adalah musik.

Dalam kata, peluang untuk menghadirkan 'kepentingan lain' yang bersifat distortif, masih terbuka. Kata-kata, entah disampaikan secara lisan maupun secara tertulis, tetap menyimpan ruang untuk disisipi kebohongan. Dengan kata lain, pada level tertentu, kata-kata gagal 'mewahyukan' kebenaran yang otentik.

Dalam ritual keagamaan, musik mendapat peran dan kedudukan yang istimewa. Upacara kultis-liturgis akan terasa hambar atau monoton, jika tidak ada musik. Sakin sentralnya peran musik dalam liturgi, maka musik yang baik identik dengan doa. Qui bene cantat bis orat, siapa bernyanyi baik, dia berdoa dua kali. Itulah satu ungkapan bahasa Latin yang terkenal dan sering dikutip untuk mengapresiasi kualitas musikal yang terekspresi dalam sebuah seremoni keagamaan.

Umumnya, mereka yang punya talenta dalam bermusik, memiliki spirit hidup yang lebih besar. Musik membuat mereka lebih energik, penuh vitalitas, dan awet muda. Roh musikal itulah yang membuat tubuh mereka terlihat segar dan memancarkan aura positif pada yang lain.

Selain itu, para musisi biasanya begitu antusias dalam 'membagi talentanya' kepada sesama, baik dalam rangka 'menghibur', maupun untuk mewujudkan misi latihan bermusik. Memang, dalam era posmodern sekarang ini, musik sudah menjadi komoditas. Musik menjadi begitu massif dipasarkan ke ruang publik untuk mendapat keuntungan. Akibatnya, karya musik kita lebih banyak berorientasi pada pemenuhan selera pasar ketimbang kualitas.

Baca: Evaluasi Pembelajaran, Pentingkah??

Tingginya permintaan pasar, membuat para musisi menggunakan 'cara instan' dalam berkarya. Hasilnya adalah tidak sedikit karya yang setengah matang 'dipaksakan' untuk hadir dalam ruang publik. Karya musik pop picisan, semakin marak saat ini.

Muncul fenomen lain yang tidak kalah mengkhawatirkan. Para musisi lebih mementingkan kemasan dan aksi panggung sesaat, ketimbang kedalaman mutu karya. Penampilan yang menghibur dan memukau penonton menjadi obsesi. Keberhasilan ditakar seberapa besar gemuruh tepuk tangan dalam sebuah panggung konser.

Kemarin, Senin (5/9/2022) sekelompok 'musisi lokal' unjuk kebolehan dalam tenda pesta pernikahan di kampung Watu Langkas. Grup itu dipimpin oleh salah satu 'musisi kenamaan' dalam belantika musik lokal, Doni Ambang. Saya kira, para pencinta dan penikmat musik etnis Manggarai, nama Doni Ambang, sudah sangat familiar. Sejak tahun 1990-an, grup 'Ambang Bersaudara', tampil memukau dan menguasai panggung musik di wilayah Manggarai Raya.

Mereka hadir di 'Watu Langkas', sejatinya bukan sebagai 'artis profesional' yang mengadakan konser, tetapi sebagai bagian dari anggota keluarga woe, pengantin laki-laki. Meski demikian, mereka mengisi kesempatan itu untuk memberikan hiburan yang gratis dan berkelas kepada kedua mempelai dan undangan yang hadir.

Doni Ambang cum suis sukses 'menggetatarkan' tenda pesta cinta itu. Penampilan mereka begitu menghibur dan sanggup menghipnotis para penikmat musik di Watu Langkas. Para tamu terlihat sangat antusias dan 'betah' berada di tenda hingga senja menjelang. Gemuruh tepuk tangan dan suara decak kagum memenuhi tenda itu. Rupanya mereka sangat 'terpukau' dengan aksi panggung para idola itu.

Baca: Perihal 'Makan Gaji Buta'

Sebagai pembawa acara (MC), saya mendapat suntikan spirit dan motivasi tambahan. Saya semakin bergairah dan mengerahkan kemampuan terbaik dalam mengemas acara demi acara. Saya mendapat sebuah kehormatan bisa berada satu panggung dengan musisi lokal tersebut. Sebuah momen yang langka dan impresif.

Kekuatan seorang MC itu terletak pada kemampuan mengolah dan menata kata. Tetapi, ketika kata terhenti dan gagal menghantar makna, maka musik jauh lebih perkasa. Oleh sebab itu, seorang presenter yang baik, kalau dapat, juga seorang musisi atau minimal penikmat musik yang baik. Dengan musik, kata-kata seorang pembawa acara menjadi lebih hidup dan penuh warna.


*Penulis adalah warga kampung Watu Langkas.


0 Komentar