![]() |
Siswa Juga Bisa Menulis |
Oleh: Sil Joni*
Saya sangat optimis bahwa para siswa tingkat SMK memiliki potensi bagus dalam dunia tulis-menulis. Karena berada pada taraf potensial, maka guru mesti 'memfasilitasi dan mengkreasi ruang dan peluang ideal agar siswa bisa mengaktualisasikan kemampuan menulis itu, secara reguler dan kreatif.
Sebenarnya, ruang untuk mengasah keterampilan menulis itu, bisa diintegrasikan dalam desain dan implementasi pembelajaran pada semua Mata Pelajaran. Itu berarti, semua guru bidang studi mempunyai tanggung jawab atau tugas yang sama dalam mengasah kemampuan menulis tersebut.
Gagasan, ide, dan pikiran yang 'berkecamuk' dalam benak siswa, mesti 'distimulasi dan dipacu' untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Guru dituntut untuk menggunakan pelbagai cara dalam mendorong siswa untuk 'terpikat' dengan budaya menulis.
Selain 'bersabda' dari podium kelas, guru mesti 'turun gunung' untuk menyebarkan virus literasi itu dengan memberikan contoh sederhana bagaimana aktivitas menulis itu dilakukan. Sebaiknya, sebelum 'mengajak' peserta didik untuk menggauli dunia sunyi itu, guru sendiri sudah memberikan teladan. Bukan tidak mungkin, sisi keteladanan itulah yang bisa menginspirasi siswa dalam menghidupi kultur literasi itu.
Di dalam kelas, saya selalu memperlihatkan karya tulisan saya kepada siswa dan mengajak mereka untuk secara perlahan-lahan terlibat dalam aktivitas 'menata kata' dalam media sederhana. Saya selalu mengidentifikasi kemampuan mereka dengan mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kritis. Jika mereka, secara lisan, bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka tugas berikutnya adalah meminta mereka untuk mengalihkan 'argumentasi lisan' itu ke dalam bahasa tulis.
Poinnya adalah para guru tidak boleh 'mengabaikan' atau lebih tepat 'menganggap remeh' kemapuan menulis dalam diri siswa. Jika kita 'yakin' dengan kapasitas siswa dalam meracik sebuah tulisan, maka kita mesti menyiapkan wadah dan tak pernah jedah 'memotivasi' serta memberi contoh konkret dalam menghasilkan karya tulis.
Sadar akan 'bakat istimewa' dari para siswa itulah, maka pada Hari ini, Juma't (26/8/2022), saya kembali 'menggedor' sisi keberanian siswa/i di kelas X-05 Usaha Layanan Pariwisata (ULP) untuk menggodok sebuah tulisan sederhana. Kebetulan, pembelajaran 'tatap muka' tidak bisa dilaksanakan, karena para guru SMK Stella Maris, termasuk saya masih mengikuti In House Training (IHT) Implementasi Kurikulum Merdeka pada program SMK Pusat Keunggulan (PK) lanjutan tahun 2022.
Agar jam pembelajaran untuk Mata Pelajaran Komunikasi Industri Pariwisata dan Kepariwisataan (KIPK), tidak mubazir alias sia-sia, saya menyodorkan satu isu sederhana yang mereka bisa kembangkan menjadi sebuah 'wacana menarik' yang dituangkan dalam sebuah tulisan pendek.
Kali ini, tema yang diangkat adalah: "Pentingnya Keterampilan Komunikasi Tertulis bagi Siswa ULP". Pokok bahasan ini dielaborasi dalam satu halaman. Mereka melakukan pekerjaan itu secara manual. Sebuah pelatihan 'menulis' berbasis kertas dan pulpen.
Pada kesempatan itu juga, saya memperlihatkan tulisan dari salah satu teman mereka, Katarina H. Pandang yang diterbitkan oleh media Bernasindo.id dan dibagi di berbagai grup media sosial. Mereka sangat bangga dan mulai bersemangat untuk mengikuti jejak dari Katarina tersebut. Saya memotivasi mereka bahwa tulisan terbaik akan diedit seperlunya untuk dikirim ke salah satu media daring.
Namun, untuk edisi kali ini, setelah saya cek pekerjaan mereka, ternyata hanya tulisan Katarina yang masuk dalam kategori 'laik terbit'. Artikel Katarina yang berjudul: "Pentingnya Komunikasi Tertulis bagi Siswa ULP" itu diterbitkan oleh Media Bernasindo.id, (26/8/2022).
Saya tidak terlalu kecewa dengan hasil itu. Saya tetap yakin bahwa anak-anak lain bakal mengikuti jejak Katarina jika mereka tidak berhenti dan putus asa dalam berlatih menulis. Tekad saya sudah bulat bahwa dari kelas X-05 itu nanti, akan muncul belasan 'penulis' cilik yang bakal menyemarakan ruang diskursus publik di dunia maya.
Sekali lagi, saya harus 'angkat topi' dengan pencapaian Katarina kali ini. Rasanya, saya tidak perlu berkomentar terlalu banyak tentang kemampuan akademik dari anak itu. Harapannya, beliau tidak pernah puas dengan prestasi yang ditorehkannya saat ini. Selamat dan profisiat.
*Penulis adalah Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.
0 Komentar